Jumat, 18 Agustus 2006

PR Q-ta

Sebenernya tulisan ini Dc pengen nulis reply aja di milisnya mba Dee, karena waktu buka-buka milisnya mba Dee ada tulisan mengenai Film Gie. Tapi sayang banget, tadi pas dicari-cari mengenai tulisan itu lagi ga ketemu2, ihh .. jadi nyesel dech waktu itu ga baca sampai tuntas.

Kebetulan semalam film itu diputarin di TV, jadi semalam Dc maksain banget nonton  film itu (bayangin.. selesainya aja hampir jam dua malam  ) abis penasaran sich. .  Karena waktu film itu diputerin di Bioskop Dc ga nonton, biasa dech.. penghematan kantong

Sebenernya tulisan ini ga up to date sich, teruz yang nulis juga kurang kafaah (he..he... ), tapi biar “waktu yang dihabiskan” untuk nonton semalem ga sia-sia, maka Dc nulis yang menurut Dc menarik dari film ini.

Film ini mengisahkan mengenai Gie, aktivis idealis, yang lebih senang dikucilkan dari pada berkumpul dengan kemunafikan (ciee.. Idealis banget ga seeh??).

Gie pernah menulis begini: Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama - buruh - dan pemuda, bangkit dan berkata - stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Dia menyatakan ketidaksimpatikannya terhadap kelompok2 yang mengatasnamakan golongan, agama, ras dan apapun untuk mencapai kekuasaan.

Dalam bagian film itu diceritakan, ketika ada pemilihan Senat Fakultas Sastra serta berbagai kampanye-kampanye untuk memilih Ketua Senat, eih.. (yang bikin ketonjok nih) salah satu kampanyenya mirip2 kaya LDK Kampus kalau lagi kampanye untuk PEMIRA dan mirip juga kaya’ Partai Islam kalau lagi kampanye, untuk Pemilihan Presiden.

‘Eksklusivitas’ bagi aktivis boleh jadi membuat Dakwah yang berusaha dibangun, roboh ditangan pembangunnya sendiri. Sayang banget kalau ada orang seperti Gie, yang menganggap Aktivis Islam (salah satu diantaranya) hanya mementingkan kelompoknya sendiri. Kekuasaan ditujukan untuk kepentingan kelompok dan bukan untuk manusia lainnya.

Kalau kaya’ gini ‘Islam Rahmatan lil Alamiennya’ kemana? Sebagai aktivis ternyata Qta belum bisa menyampaikan kemuliaan ajaran Rasulullah yang sangat memanusiakan manusia.

Atau kepemimimpinan Umar bin Abdul Aziz dengan efisiensinya yang 100 % (Karena waktu Beliau berhenti menjadi Khalifah, kas negaranya sampe kosong. Waktu SMU dulu, Guru Fisika Dc pernah bilang bahwa Efisiensi 100 % itu terjadi kalau input=output).

Kasihan banget ya sama Gie, kalau dia belum sempet tau mengenai itu semua dan udah antipati duluan karena ngeliat model-model aktivis ‘eksklusif’.

Diakhir kematian Gie yang tragis, dia pernah ngobrol sama kakaknya, "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang ... makin lama makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan ... Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian."

Duh kasian banget, ingin berjuang tapi ga punya wadah. Jangan sampai ada lagi deh orang yang nasibnya malang kaya Gie.

Wallahu‘alam.

(Instropeksi untuk diri sendiri yang kadang-kadang juga suka ‘LUGU (Lu Lu Gue Gue)’)

 

4 komentar:

  1. he.. he.. ngantuk sich..
    salam kenal..

    BalasHapus
  2. dah malam nih, ngantuk lagipula background nya langit biru tulisannya juga biru,
    gmana bacanya,,,,,sakit mata kalieeeeeeeeee!!!!

    BalasHapus
  3. soalnya aku pecinta biru *halaaah

    ni journal dah lamaaaaaa..
    waktu itu backgroundnya blum biru
    yawdah krn pemilik mp org nya baik hati aku edit deh warna tulisannya

    BalasHapus