Sabtu, 12 Juli 2008

Gie


Agustusan 2 tahun yang lalu. Saya menyempatkan menonton film GIE, kebetulan film tersebut diputar kembali di layar kaca. Agak memaksakan sebenarnya, mengingat film itu baru tayang sekitar jam 11.30 dan baru selesai sekitar jam 02.00

Sebenernya tulisan ini ga up to date sich, teruz yang nulis juga kurang kafaah (he..he... ), tapi biar “waktu yang dihabiskan” untuk nonton semaleman ga sia-sia, maka saya tulis yang menurut saya menarik dari film ini.
Film ini mengisahkan mengenai Gie, aktivis idealis, yang lebih senang dikucilkan dari pada berkumpul dengan hal-hal yang bertentangan dengan idealismenya.

Gie pernah menulis begini: Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama - buruh - dan pemuda, bangkit dan berkata - stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Dia menyatakan ketidaksimpatikannya terhadap kelompok2 yang mengatasnamakan golongan, agama, ras dan apapun untuk mencapai kekuasaan.

Dalam bagian film itu diceritakan, ketika ada pemilihan Senat Fakultas Sastra serta berbagai kampanye-kampanye untuk memilih Ketua Senat, eih.. (yang bikin ketonjok nih) salah satu kampanyenya mirip2 kaya LDK Kampus kalau lagi kampanye untuk PEMIRA dan mirip juga kaya’ Partai Islam kalau lagi kampanye, untuk Pemilihan Presiden.


‘Eksklusivitas’ bagi aktivis boleh jadi membuat Dakwah yang berusaha dibangun, roboh ditangan pembangunnya sendiri. Sayang banget kalau ada orang seperti Gie, yang menganggap Aktivis Islam (salah satu diantaranya) hanya mementingkan kelompoknya sendiri. Kekuasaan ditujukan untuk kepentingan kelompok dan bukan untuk manusia lainnya.

Belum bisa bermain cantik dan lembut dalam menyampaikan kemuliaan ajaran Rasulullah yang sangat memanusiakan manusia.

Atau kepemimimpinan Umar bin Abdul Aziz dengan efisiensinya yang 100 %. Karena waktu Beliau berhenti menjadi Khalifah, kas negaranya sampe kosong. (Waktu jaman SMU dulu, Guru Fisika saya pernah mengatakan bahwa Efisiensi 100 % itu terjadi kalau input=output).

Kasihan banget ya sama Gie, kalau dia belum sempet tau mengenai itu semua dan udah antipati duluan karena ngeliat model-model aktivis ‘eksklusif’.

Diakhir kematian Gie yang tragis, dia pernah ngobrol sama kakaknya, "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang ... makin lama makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan ... Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian."

Duh kasian banget, ingin berjuang tapi ga punya wadah. Jangan sampai ada lagi deh orang yang nasibnya malang kaya Gie.
Wallahu‘alam.
(Instropeksi untuk diri sendiri yang kadang-kadang juga suka ‘LUGU (Lu Lu Gue Gue)’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar